Taman Rohani.
Dalam kekucaran pemerintahan
dimensi minda semakin bercelaru
pemegang amanah semakin terhakis kedaulatannya
sang penggodam mengasah parang
anak bangsa berkeliaran tanpa arah tujuan
Sedang musuh sibuk memasang kuda-kudanya
kita masih sibuk saling bertudingan
yang tercucuk matanya buta
yang menyucuk pula teernyata buta hatinya
Harapan kepada pemimpin untuk bersuara
namun siapa yang harus sebenarnya memegang panji-panji bangsa
Yang tidur terus didodoikan dengan irama lama
yang berpencak terus diburaikan kainnya
yang terjaga dijentik telinganya
terpinga melihat kejadian... terus ketawa
tanpa memahami maksud jenakanya
Anak bangsa yang tersedar sendiri, sedih terasa
melihat anak bangsa bercakaran sesama mereka
Bingkas bangun untuk memberi peringatan
namun sedarnya, kain sudah diburaikan....
tak sempat bersuara, aib diri sudah pun tersedia dipamerkan
namun siapa harus dpersalahkan????
Politik ini bobrok
bila pendokongnya tongok
namun biar apapun kata yang dihambur
mereka masih memegang takhta
kerana yang bersorak dibawah sana tak kenal makna...
aku yang sering terpana!!!!
melihat keletah para pendominasi kuasa bermain seloka
sedangkan bangsa lain sedang sibuk berkira-kira....
SATU untuk LU dan satu untuk WA.
sang cahaya mula meninggi
aku harus berangkat pergi
gelap malam pasti kembali
gelap jalan arah mencari
menangislah bonda
mengiring cita
sepi berkunjung lagi
ditepi perigi, di sawah padi, dilubuk hati
TANAH INI
tanah ini taman rohani
jasad ayah bersemadi dan bunga berpuisi
Gagah berani dia berdiri
Gema suara,harga diri
Jerit MERDEKA untuk generasi
balasan budi yang sekali
untuk kita berjuang lagi
mengenal diri dimuka hari
Saat yang tiba untuk melangkah
menjunjung kasih tanah ini
terus MERDEKA selagi mengerti
alasan diri dalam arus
untruk kita mengenalpasti
jual dan beli
muslihat seni
TANAH ini
taman rohani.
dimensi minda semakin bercelaru
pemegang amanah semakin terhakis kedaulatannya
sang penggodam mengasah parang
anak bangsa berkeliaran tanpa arah tujuan
Sedang musuh sibuk memasang kuda-kudanya
kita masih sibuk saling bertudingan
yang tercucuk matanya buta
yang menyucuk pula teernyata buta hatinya
Harapan kepada pemimpin untuk bersuara
namun siapa yang harus sebenarnya memegang panji-panji bangsa
Yang tidur terus didodoikan dengan irama lama
yang berpencak terus diburaikan kainnya
yang terjaga dijentik telinganya
terpinga melihat kejadian... terus ketawa
tanpa memahami maksud jenakanya
Anak bangsa yang tersedar sendiri, sedih terasa
melihat anak bangsa bercakaran sesama mereka
Bingkas bangun untuk memberi peringatan
namun sedarnya, kain sudah diburaikan....
tak sempat bersuara, aib diri sudah pun tersedia dipamerkan
namun siapa harus dpersalahkan????
Politik ini bobrok
bila pendokongnya tongok
namun biar apapun kata yang dihambur
mereka masih memegang takhta
kerana yang bersorak dibawah sana tak kenal makna...
aku yang sering terpana!!!!
melihat keletah para pendominasi kuasa bermain seloka
sedangkan bangsa lain sedang sibuk berkira-kira....
SATU untuk LU dan satu untuk WA.
sang cahaya mula meninggi
aku harus berangkat pergi
gelap malam pasti kembali
gelap jalan arah mencari
menangislah bonda
mengiring cita
sepi berkunjung lagi
ditepi perigi, di sawah padi, dilubuk hati
TANAH INI
tanah ini taman rohani
jasad ayah bersemadi dan bunga berpuisi
Gagah berani dia berdiri
Gema suara,harga diri
Jerit MERDEKA untuk generasi
balasan budi yang sekali
untuk kita berjuang lagi
mengenal diri dimuka hari
Saat yang tiba untuk melangkah
menjunjung kasih tanah ini
terus MERDEKA selagi mengerti
alasan diri dalam arus
untruk kita mengenalpasti
jual dan beli
muslihat seni
TANAH ini
taman rohani.
Ulasan